Presiden Senat Bukola Saraki telah berjanji bahwa Senat akan memperhatikan tingginya suku bunga yang dikenakan oleh bank-bank di negara tersebut.
“Kemungkinan besar kita akan membahasnya minggu ini,” kata Saraki dalam sesi interaktif dengan wartawan pada Minggu di Ilorin.
Menurutnya, tingginya suku bunga tidak baik bagi perekonomian karena negara sedang melepas diri dari resesi dan menargetkan pertumbuhan.
“Minggu ini kami akan memperdebatkannya, mengadakan diskusi meja bundar dengan Bank Sentral Nigeria dan bank komersial lainnya, dan berbicara terus terang dengan kami sendiri,” katanya.
Menurut Saraki, tidak adil jika sektor perbankan memperoleh keuntungan yang sangat besar sementara perusahaan merugi dan memberhentikan pekerja.
“Mudah-mudahan dengan stabilnya nilai tukar mata uang asing, permasalahan suku bunga kini bisa kita mulai atasi.
“Tidak ada bisnis yang bisa menghasilkan uang jika meminjam 28 persen, tidak bisa jalan,” tambah Saraki.
Dia mengatakan Senat akan melibatkan lembaga-lembaga keuangan untuk memberikan tingkat suku bunga yang terjangkau, dan menambahkan, “jika mereka menolak, Senat dapat membuat undang-undang untuk menetapkan tingkat suku bunga.”
Menurut dia, perbankan mengenakan suku bunga tinggi karena mereka mengikat asetnya pada obligasi pemerintah dan mendapat bunga 18-19 persen.
“Mereka akan memberitahu Anda bahwa mereka sedang berbisnis, tapi dalam bisnis apa pun harus ada tanggung jawab sosial.
“Saya berjanji kepada masyarakat Nigeria bahwa kami akan menemukan solusi terhadap tingginya suku bunga,” Saraki meyakinkan.
Presiden Senat juga mengatakan majelis tinggi dapat membatasi jumlah bank yang dapat memasukkan obligasi pemerintah dan menyalurkan sisanya ke bidang-bidang seperti sektor riil.
Saraki juga menyatakan keprihatinannya atas status pemerintah daerah di negaranya, dengan mengatakan bahwa hampir semua dewan daerah kekurangan dana yang diperlukan untuk memenuhi kewajiban hukum mereka.
Dia mengatakan untuk mengurangi beban tanggung jawab dewan lokal, Senat dapat mengalihkan tanggung jawab pendanaan pendidikan dasar ke negara bagian.
“Saya berpandangan bahwa kita harus melihat bagaimana pemerintah negara bagian mengambil alih pendidikan dasar.
“Ini adalah bagian dari pemerintah yang tidak dapat memenuhi kewajiban konstitusionalnya dan Anda sekarang menempatkan hal yang sangat penting di bawahnya.
“Sembilan puluh lima persen pemerintah daerah bergantung pada dukungan pemerintah negara bagian untuk membayar gaji pekerja,” tambah Saraki.
Ia mencatat, Komite Peninjau Konstitusi di Senat dapat memberikan otonomi kepada pemerintah daerah di negara tersebut.
Namun, Presiden Senat menilai pemberian otonomi kepada pemerintah daerah mungkin tidak akan menyelesaikan permasalahan mereka.
Ia menekankan bahwa permasalahan utamanya adalah kurangnya pendanaan yang perlu diatasi agar pemerintah daerah dapat berfungsi secara efektif.